Pisang Bali
Di masyarakat Bali, pisang merupakan lambang dari Amartha atau Air Keabadian dalam Wiswa Ongkara (angka 3 pada falsafah numerologi Bali). Versi lain menyatakan bahwa kata ‘pisang Bali’ berasal dari kata bahasa Jawa ‘pisan’ (‘lagi’) dan ‘bali’ (‘kembali’), yang jika disatukan berarti ‘selalu kembali’ atau ‘berulang’. Oleh sebab itu, motif batik ini biasanya diberikan seseorang kepada kekasihnya yang mengadakan perjalanan, dengan harapan agar sang kekasih dapat kembali dengan selamat. Ia juga merupakan pengingat akan air abadi yang selalu kembali, yakni bahwa kita selalu bereinkarnasi dan kembali sesuai dengan siklus hidup kita.
Di masyarakat Bali, pisang merupakan lambang dari Amartha atau Air Keabadian dalam Wiswa Ongkara (angka 3 pada falsafah numerologi Bali). Versi lain menyatakan bahwa kata ‘pisang Bali’ berasal dari kata bahasa Jawa ‘pisan’ (‘lagi’) dan ‘bali’ (‘kembali’), yang jika disatukan berarti ‘selalu kembali’ atau ‘berulang’. Oleh sebab itu, motif batik ini biasanya diberikan seseorang kepada kekasihnya yang mengadakan perjalanan, dengan harapan agar sang kekasih dapat kembali dengan selamat. Ia juga merupakan pengingat akan air abadi yang selalu kembali, yakni bahwa kita selalu bereinkarnasi dan kembali sesuai dengan siklus hidup kita.